4Penguji I Ibu Widya Hary Cahyati SKM MKes Epid atas kritik dan saran serta from MATH 10 at State University of Yogyakarta
seorang Mursyid Thariqoh Syaziliyah yang masyhur adalah KH Abdul Jalil Mustaqim, Tulungagung Jawa Timur. Kiai Jalil juga mengasuh pesantren bernama Pesantren PETA Pesulukan Thariqoh Agung, Tulungagung. Ayahnya, Syekh Mustaqim Husein juga seorang sufi besar pada jamannya, juga seorang Mursyid Thariqoh. Suatu hari, ada seorang santri yang gelisah terkait makna zuhud, sehingga santri ini memberanikan diri bertanya Kiai Jalil. “Mbah Kiai, apa yang dimaksud zuhud dalam kitab Ihya Ulumuddin?” tanya santri penuh penasaran. “Kamu belum paham ya?” Kiai Jalil balik bertanya. “Belum, Mbah Kiai,” jawab santri. “Sekarang kamu ke sana. Itu ada bak mandi, kamu isi sampai penuh ya,” perintah Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Siap!,” jawab santri. Santri itu kemudian mengisi dua bak mandi yang besar itu. Santri itu menimba air dari sumur yang tak jauh dari bak mandi. Karena begitu penasaran dengan makna zuhud, santri ini tidak terasa sudah mengisi secara penuh bak mandi itu. Capek, tentu saja. Tapi itu tak dirasakan sedikitpun oleh santri itu. “Sudah selesai Mbak Kiai. Dua bak mandi sudah penuh semua.” Santri itu melaporkan tugasnya kepada Kiai Jalil. “Kamu capek atau tidak?” tanya Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Capek, tapi saya senang Mbah Kiai,” jawab santri dengan tetap riang gembira. “Ya sudah. Sekarang kamu mandi dulu ya. Habis mandi, nanti ke rumahku ya,” tegas Kiai Jalil. “Injeh, Mbah. Nderek Dawuh,” jawab santri. Karena merasakan capek yang sangat, santri itu bergegas mandi ingin menikmati segarnya air yang sudah diambil dari sumur. Begitu nikmat ia mandi, sehingga ia tersadar untuk segera sowan Mbah Kiai. Setelah ganti baju yang pantas, santri itu bergegas sowan kepada Mbah Kiai. “Sudah rampung mandinya?” “Sudah Mbah Kiai.” Jawab santri dengan gembira. “Airnya kamu habiskan?” tanya Kiai Jalil. “Ya tidak, Mbah Kiai. Saya gunakan secukupnya saja.” Jawab santri. “Itulah zuhud wahai santriku. Carilah harta sebanyak-banyak, tapi gunakan harta itu secukupnya saja. Sisanya biar dimanfaatkan untuk keperluan orang lain.” Tegas Mbah Kiai Jalil dengan sederhana. Santri itu kaget dan terpana dengan jawaban sederhana dari mbah kiai yang sangat dihormatinya itu. Tanpa perlu dalil-dalil dan ayat2, Mbah Kiai Jalil memberikan jawaban yang sangat tepat bagi santri itu. Itulah ciri khas ulama’ Indonesia. Mereka mampu menerjemahkan ajaran Islam dengan penjelasan sederhana, tetapi maknanya sangat dalam dan sangat cocok dengan kondisi masyarakat. Inilah ilmu warisan para ulama yang terus mengalir kepada umat Islam Indonesia sampai saat ini. Editor Setyanegara Post Views 321 Tags abdul jalil mustaqim, Kyai Jalil, zuhudJune 16, 2023Tanggapan Aliansi Rakyat Maluku Selatan Terhadap Pernyataan PM Belanda Mark RutteJune 16, 2023Prediksi Revolusi Rakyat Akan Berawal Dari Mahkamah AgungJune 15, 2023Melawan Atau Jadi JongosJune 15, 2023Politik Negara Apa Masih Ada?June 14, 2023Koreksi UUD 2002 Hasil Amandemen Dengan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945June 14, 2023Kita Butuh Pemimpin BeraniJune 14, 2023Ubed Cabut Pengaduan KPK Kasus Gibran-Kaesang?June 14, 2023Bu Megawati PDI-P Akan Buat Kejutan Besar Untuk Anies BaswedanJune 13, 2023PDIP Masihkah Milik Trah Soekarno?June 13, 2023Negara Kembali Ke UUD 1945
Mulaidari Syaikh Mustaqim bin Husein, Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dan yang sekarang Syaikhina wa Mursyiduna wa Murrobi Ruhina Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim. Diriku bukan juga seorang yang paham tentang seluk beluk tasawuf, detil-detil sufi dan pernak-pernik thoriqoh, tetapi memang bahwa IHSAN sebagai inti dari ajaran / agama Islam tidaklah
Assalamu alaikum Wr. WbDi tengah krisis bangsa dan ummat ini, ternyata krisis moral menempati urutan paling berbahaya. Tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme telah menjadi kebudayaan dalam berbagai lapisan masyarakat, sementara kekerasan dan kriminalitas lainnya selalu memenuhi pemberitaan media mereka harus memulai kebangkitan baru? Semua upaya telah dicoba, melalui berbagai pendekatan, baik politik, ekonomi maupun advokasi. Tetapi belum juga ada tanda-tanda lebih segenap tim Cahaya Sufi meyakini, bahwa bangsa dan umat tidak akan berubah, selagi jiwa dan hati mereka tidak berubah. Merubah masyarakat haruslah melalui pendekatan moral dan batin lebih dalam, dan kami memberikan solusi darfalternatif melalui pendekatan spiritual yang saat ini sedang dicari, ditelaah kembali bahkan mulai dijadikan landasan itu setelah era reformasi, Majalah Cahaya Sufi, kami terbitkan, dan mendapat respon cukup bagus di kalangan publik. Respon positif ini disebabkan oleh beberapa faktorPertama Tingkat krisis dan kekeringan spiritual yang mencapai titik jenuh, tanpa terakomodasi secara positif baik oleh lembaga keagamaan maupun individu-individu Majalah Cahaya Sufi masih merupakan satu-satunya majalah di Indonesia yang terbit dengan segmentasi khusus, yang menelaah dan menginformasikan wacana dunia Sufi di Indonesia, yang dianut lebih dari 40 juta ummat Maraknya aktivitas keagamaan yang berdimensi spiritual, tetapi belum ada media yang tepat untuk merepresentasikannya, dan Cahaya Sufi hadir dengan Mulai munculnya publikasi baik lewat media cetak dan khususnya website seputar dunia Sufi, lebih dari 1000 situs Sufisme di Cahaya Sufi menjadi standarisasi keilmuan, dan amaliyah praktek spiritual yang tepat melalui media massa, yang di dukung 40 juta ummat. Majalah Cahaya Sufi yang diasuh oleh beberapa tokoh Sufi, seperti Syeikh Sholahuddin Abdul Jalil Mustaqim, KH. A Mustofa Bisri, HM. Luqman Hakim MA, dan sejumlah dosen Tasawuf di berbagai perguruan tinggi, memberi kepercayaan pada umat untuk pencerahan M. Luqman HakimSUSUNAN REDAKSIPenasehat KH M. Sholahuddin Abdul Djalil Mustaqiem, KHA. Mustofa BisriPemimpin Redaksi Dr. KH. M. Luqman Hakim Finance Fatchan SyariefGraphic Design Dimas R. Puji Utomo Informasi Teknologi Haru HusodoSirkulasi & Disteribusi SandyMarketing Asmu’i SyadzaliStaff HardiyantoWebsite REDAKSI Jl. Bekasi Timur IV Jatinegara, Jakarta Timur TEL 021 8561695 FAX 021 8561695 EMAIL REDAKSI majalahsufi suficenter REKENING BANK 1. BCA Blok A, Cipete-Jakarta Selatan. / an M. Luqman 2. Bank Mandiri Cab. Fatmawati Jakarta Selatan. /an M. Luqman Hakim. MA
SYEIKHABDUL DJALIL MUSTAQIM Hadratusy Syaikh Abdul Djalil Mustaqim sangat sarat dengan kesejatian seorang Sufi. Beliau selalu akrab menyambut tamu- tamunya, tutur katanya halus dan santun, disertai senyum yang menyejukkan. Hampir setiap hari beliau menerima tamu, tak pernah tampak lelah pada raut mukanya.
KH. ABDUL JALIL MUSTAQIM, Beliau lahir di Tulungagung 20 juni 1943. Putra dari Syaikh Mustaqim Husain yang juga seorang mursyid dan seorang pejuang kemerdekaan. Sejak masa kanak-kanak, beliau belajar agama pada Ayahandanya sendiri. Begitu lulus Sekolah Rakyat, beliau merobek ijazahnya, dan membuangnya ke sungai. Ayahnya kaget, lalu menegurnya. "Bah, ijazah kan benda mati yang tidak bakal dibawa ke liang kubur." Kata Syaikh Djalil kecil saat itu. Sejak itu, beliau bertekad menuntut ilmu agama dari pesantren ke pesantren. Beliau pernah nyantri di pondok Pesantren Mojosari, Desa Loceret, Nganjuk-Jatim 1959-1970, kemudian di Ponpes Ploso, Desa Mojo, Kediri-Jatim. Tekadnya yang besar untuk menuntut ilmu, mendorongnya mengembara dari pesantren ke pesantren di seluruh Jawa, walaupun hanya mampir satu dua hari atau sampai dua minggu. Bisa dipahami jika beliau punya banyak guru. Ada kejadian lucu ketika beliau suatu saat berguru kepada seorang Kyai. kawan-kawannya sering memanggilnya 'Mbah' karena perilaku dan sikapnya sudah seperti orang tua. Pernah suatu ketika ada seorang pelacur menemuinya, minta doa agar 'Bisnis' nya laris. Dengan baik Kyai Djalil menerima tamu istimewa itu seperti beliau menerima tamu-tamu yang lain. "Dia datang minta doa penglaris, ya.. saya beri," Katanya enteng. Tapi tentu saja doa sang Sufi bukan sembarang doa, apa yang terjadi setelah itu? Beberapa hari kemudian perempuan itu datang lagi sambil menangis, perempuan itu bertobat. Kyai Djalil punya hobi bersedekah. "Ayah saya sangat memanjakan anak-anaknya 7 anak; 4 putra, 3 putri. Dulu beliau sangat sengsara mencari makan profesi Mbah Mustaqim adalah tukang Sol sepatu. Karena itu beliau berpesan supaya anak-anaknya harus suka bersedekah, karena sedekah merupakan bagian salah satu cara untuk keluar dari kesengsaraan." Tuturnya. Maka, baginya bersedekah merupakan bagian dari Tirakat, sebuah upaya untuk memenangkan perang batin antara kehendak menyimpan benda untuk diri sendiri dan memberi benda yang kita miliki untuk orang lain. Dan sebagai Sufi, beliau tidak terlalu mementingkan uzlah atau menyepi untuk merenung. Menurutnya, mengamalkan tarekat sebagai seorang sufi bukan hanya memegang tasbeh, berdzikir di masjid, atau melakukan zawiyah/uzlah tanpa mempedulikan kehidupan duniawi dan kepentingan masyarakat. Menurutnya, salat 5 waktu dengan disiplin, mencari nafkah dengan jujur, menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, merupakan kehidupan bertarekat. "Tapi ingat, jangan sampai semua itu menyebabkan kita melupakan Allah SWT. Enggak ada larangan berbisnis bagi pengikut tarekat. Bisnis tidak menghalangi seseorang untuk masuk surga. Sebab ada berjuta jalan menuju Allah," Katanya. Dan kini, Jumat 7 januari 2005, Kyai Djalil yang penyabar telah menghadap Allah SWT. Sugeng tindak, Kyai. Pesan-pesan yang saya pernah dengar langsung dari beliau, antara lain Belajar tarekat itu wajib bagi manusia yang imannya tipis, karena sepersekian detik pun manusia tidak pernah lepas dari pikirannya akan dunia istri, anak, finance, pekerjaan, studi, dll. Saya ini selalu sabar menjalani cobaan, meskipun disakiti orang-orang dekat dan teman sejawat. Tapi hati ini selalu saya tata untuk tetap tenang tanpa emosi walau berhadapan dengan model/karakter orang yang berbeda-beda, sekalipun yang menemuiku seorang penjahat. Tarekat itu anti maki-maki, tapi menyelesaikan masalah dengan musyawaroh, karena wong tarekat itu ahli dzikir bukan dengan akal pikiran yang selalu ditumpangi hawa nafsu. Wong Syadziliyyah itu kendel, harus berjuang untuk rakyat. Musti mendahulukan kepentingan-kepentingan umum seperti membuat madrasah, membuat masjid, atau dengan rajin puasa. Kondisi dan situasi negara ini sulit di prediksi oleh akal rasional, karena negeri ini adalah negeri yang paling banyak Waliyullahnya. Saya ini banyak mengkader murid, tapi tetap saja tidak resah meskipun tidak ada yang jadi. Dan lain-lain. Sumber Lantas apa hubungan KH. ABDUL JALIL MUSTAQIM dengan PORSIGAL ? Singkat Cerita mengenai sejarah beliau Mbah Gholib, red dalam proses menimba ilmu kanuragan dimulai dari Ujung Kulon Bantensampai ke Ujung Timur Banyuwangi dan pada akhirnya beliau menemukan Guru Sejati yang ternyata tidah jauh dari Kota Kelahiran Beliau Blitar Kota Patria, yaitu kota kecil Tulungagung kira-kira 30 km arah barat kota Blitar. Disana beliau bertemu dengan Alm Hadrotus Syaikh KH. Abdul Djalil Mustaqiem sekitar tahun 80 an di Pondok Pesantren PETA PESULUKAN THORIQOH AGUNG dengan Thoriqoh Syadziliyah yang berada dijantung kota Tulungagung, persisnya sebelah barat Alon-Alon. Singkat cerita, beliau Mbah Gholib,reddiminta oleh Kyai Djalil untuk mengembangkan ilmunya dengan membuka Padepokan Pencak Silat yang diberi nama PORSIGAL. Dimana dalam PORSIGAL ini terjadi perpaduan atau penggabungan dari ilmu jurus-jurus yang selama ini ditempuh oleh Mbah Gholih mulai dari ujung kulon Banten sampai ujung timur Banyuwangimaka muncullah nama Garuda Loncat, yang artinya meloncat-loncat/berpindah-pindah setelah Khatam dalam mencapai suatu ilmu dan pindah lagi untuk mencapai ilmu yang dalam penyebaran Padepokan Porsigal ini sebenarnya sudah meluas sampai ke luar Jawa
Suatuhari KH Abdul Jalil Mustaqim Tulungagung menerima tamu seorang perempuan. Kira-kira usianya antara 35-40 tahun. Dari ceritanya, ia sudah ditinggal suaminya selama 2 tahun. Sementara ia masih harus menanggung biaya hidup 4 orang anaknya. Maksud kedatangannya menemui Kiai Jalil untuk meminta doa bagi dirinya. "Anu Mbah, saya mohon doa agar usaha dagangan saya lancar []
Thespread of radicalism in education requires students to fortify and strengthen their beliefs to not fall into radicalism. The researcher aims to discover the revitalization of NU's practice in countering radicalism in schools. In this study, the
. 89 357 216 123 213 175 122 253
syekh sholahuddin abdul jalil mustaqim